Sabtu, 20 April 2013

Bentuk - Bentuk Terapi


Beberapa terapi yang kita kenali selama ini berorientasi pada individu. Sebenarnya ada terapi yang bisa dilakukan dalam kelompok. Kelebihan dan kekurangan terapi individual dan terapi kelompok, tergantung pada kondisi klien yang ditangani. Biasanya, terapi kelompok digunakan untuk memperkenalkan klien dengan dunia sosialnya, sebagai terapi lanjutan dari terapi individual.
Ada beberapa bentuk khusus terapi kelompok, antara lain adalah Psikodrama, Role Playing (Main Peran), dan Encounter Groups.
PSIKODRAMA
Psikodrama merupakan suatu bentuk terapi kelompok, yang dikembangkan oleh J.L. Moreno (1982 - ) pada tahun 1946, dimana pasien didorong untuk memainkan suatu peran emosional di depan para penonton tanpa dia sendiri dilatih sebelumnya. Tujuan dari psikodrama ini adalah membantu seorang pasien atau kelompok pasien untuk mengatasi masalah-masalah pribadi dengan menggunakan permainan drama, peran, atau terapi tindakan. Lewat cara-cara ini pasien dibantu untuk mengungkapkan perasaan-perasaan tentang konflik, kemarahan, agresi, perasaan bersalah, dan kesedihan. Sama dengan Freud, Moreno melihat emosi-emosi yang terpendam dapat dibongkar (kompleks-kompleks emosional dihilangkan dengan membawanya ke kesadaran, dan membuat energy emosional diungkapkan/katarsis).
Metode Psikodrama yang sangat Penting. Seperti yang dikembangkan dan dipraktekkan oleh Moreno, psikodrama menggunakan tempat yang menyerupai panggung. Hal ini bertujuan supaya pasien memainkan peran di alam khayal, dengan demikian ia merasa bebas mengungkapkan sikap-sikap yang terpendam dan motivasi-motivasi yang kuat. Ketika peran dimainkan, implikasi-implikasi realistic dan tingkah lakunya yang dramatis menjadi jelas. Keterampilan terampis dalam mengenal dan menafsirkan dinamika yang diungkapkan memudahkan proses terapi.
Ada tiga tahap yang penting dalam psikodrama:
Tahap pelaksanaan, dimana subjek memerankan khayalan-khayalannya. 
Tahap penggantian, dimana orang-orang yang sebenarnya menggantikan orang-orang yang dikhayalkan subjek.
Tahap penjernihan, dimana diadakan pengalihan dari kontak individu-individu pengganti ke kontak dengan individu-individu di mana subjek memiliki kesempatan menyesuaikan diri dengan mereka dalam kehidupan yang nyata.
Sebaliknya, Whittaker memberikan suatu gambaran singkat tentang bagaimana sebaiknya psikodrama itu dilaksanakan. Dia mengemukakan bahwa psikodrama menggunakan 4 instrument utama, yaitu:
Panggung, yang merupakan ruang kehidupan psikologis dan fisik bagi subjek atau pasien. 
Sutradara atau pekerja. 
Staf dari ego-ego penolong (auxiliary ego) atau penolong-penolong teraupetik. 
Para penonton. Ego-ego penolong maupun para penonton terdiri dari anggota-anggota kelompok lain. Strateginya adalah memberi kemungkinan kepada subjek untuk memproyeksikan dirinya kedalam dunianya sendiri dan membangkitkan respon-respon dari kawan-kawan anggota kelompoknya sendiri.
Selanjutnya, Whittaker mengemukakan 4 teknik yang bisa digunakan, yaitu:
Presentasi diri. Pasien mempresentasikan dirinya sendiri atau seorang figur yang penting dalam kehidupannya. 
Memimpin percakapan sendiri. Pasien melangkah keluar dari drama dan berbicara pada dirinya sendiri dan kepada kelompoknya. 
Teknik ganda. Seorangg ego penolong berperan bersama dengan pasien dan melakukan segala sesuatu yang dilakukan pasien pada waktu yang sama. 
 Teknik cermin. Seorang ego penolong berperan sejelas mungkin menggantikan pasien. Dari para penonton, pasien memperhatikan bagaimana dia melihat dirinya sendiri sebagaimana orang-orang lain melihatnya.
Sutradara atau pekerja berfungi baik sebagai produser maupun sebagai terapis. Sebagai produser, ia memilih dan mengatur adegan-adegan yang juga memimpin tindakan (perbuatan) psikodramatis. Adegan-adegan dipilih berdasarkan situasi-situasi yang mengandung muatan emosional bagi pasien atau berdasarkan situasi-situasi dimana pasien bertingkahlaku tidak tepat atau tidak efektif dalam situasi-situasi seperti itu. Sebagai terapi, pekerja (sutradara) memberikan dukungan atau klarifikasi kepada para actor, dan kadang-kadang memberikan penafsiran (sering dengan bantuan para anggota kelompok lain) tentang adegan permainana itu.
Belakangan ini psikodrama dilakukan oleh orang-orang yang mempraktekkan bermacam-macam teori psikoterapi. Khususnya, para terapis Gestalt menggunakan psikodrama secara luas. Psikodrama juga digunakan dalam terapi perkawinan, dalam terapi anak-anak, penyalahgunana-penyalahgunaan obat bius dan alcohol, orang-orang yang mengalami masalah-masalah emosional, di lingkungan penjara, untuk melatih para psikiater dirumah sakit, untuk melatih orang-orang yang cacat, di perusahaan dan industry, dan dalam pendidikan serta dalam mengambil keputusan.
Kegunaan Psikodrama. Dengan mendramatisir konflik-konflik batinnya, pasien dapat merasa sedikit lega dan dapat mengembangkan pemahaman (insight) baru yang memberinya kesanggupan untuk mengubah perannya dalam kehidupan yang nyata.
ROLE PLAYING (MAIN PERAN)
Memainkan peran adalah suatu variasi dari psikodrama yang tidak menggunakan alat-alat sandiwara (drama). Taknik ini banyak digunakan untuk mendorong pasien berbicara dan mengembangkan persepsi-persepsi baru dalam berbagai situasi kelompok, misalnya diruang kelas, program-program hubungan manusia dalam bidang usaha dan industry, dan pertemuan-pertemuan latihan (training).
ENCOUNTER GROUPS
Encounter Groups adalah bentuk-bentuk khusus dari terapi kelompok yang muncul dari gerakan humanistic pada tahun 1960-an. Encounter groups bertujuan untuk membantu mengembangkan kesadaran diri dengan berfokus pada bagaimana para anggota kelompok berhubungan satu sama lainalam suatu situasi diaman di dorong untuk mengungkapkan perasaan secara terus terang. Encounter groups tidak berlaku bagi orang yang mengalami masalah-masalah psikologis yang berat, tetapi hanya ditujukan kepada orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, berusaha memajukan pertumbuhan pribadi, meningkatkan kesadaran mengenai kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan mereka sendiri serta cara-cara mereka berhubungan dengan orang lain. Encounter groups berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini melalui pertemuan-pertemuan yang intensif atau konfrontasi-konfrontasi langsung dengan orang-orang baru. Beberapa kelompok dibentuk sebagai kelompok-kelompok marathon yang mungkin berlangsung terus-menerus selama 12 jam atau lebih. Karena bertolak dari pendekatan humanistic, Encounter groups, menekankan interaksi-interaksi yang terjadi ditempat ini dan kini.
Focus dari Encounter groups adalah mengungkapkan perasaan-perasaan yang asli dan bukan menafsirkan atau membicarakan masa lampau. Apabila seorang anggota kelompok dipersepsikan oleh orang lain bersembunyi di belakang kedok atau topeng sosial, maka orang lain berusaha sedemikian rupa supaya orang tersebut menyobek kedok itu, dan dengan demikian mendorong orang itu untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya yang sebenarnya.
Teknik konfrontasi ini dapat merusak bila para anggota kelompok memaksa mengungkapkan dengan terlalu cepat perasaan-perasaan pribadi orang itu yang belum mampu ditanganinya atau bila orang itu merasa diserang atau dikambinghitamkan oleh orang lain dalam kelompok. Para pemimpin kelompok yang bertanggungjawab tetap berusaha mengendalikan kelompok itu untuk mencegah penyalahgunaan tersebut dan mempertahankan kelompok itu bergerak kearah yang memudahkan pertumbuhan pribadi dan kesadaran diri.

Perbedaan antara Konseling dan Psikoterapi


Pada zaman yang semakin berkembang ini, sering menghadapkan individu kepada persoalan persoalan rumit dan sukar untuk dipecahkan. Seorang individu dalam proses perkembangannya akan melewati tahap-tahap baik itu dari ukuran fisik atau non-fisik. Masa melewati tahap-tahap ini terkadang menjadi sebuah problem untuk sebagian individu. Oleh karenanya mereka membutuhkan bantuan agar dapat lebih memahami dan memecahkan problem tersebut. Maka muncul sebuah solusi berupa psikologi konseling yang kemudian akan sedikit memberikan bantuan berupa pemberian informasi-informasi kepada individu yang mengalami problem-problem tersebut.

Pada dasarnya antara konseling dan psikoterapi dalam hal tujuan sama-sama ingin membantu agar klien dapat menemukan permasalahan untuk kemudian dapat dipecahkan bersama-sama, namun semua itu hanya dapat terlaksana dengan baik manakala klien dapat membuka diri dan mau diajak kerjasama.

Dan adapun perbedaannya lebih kepada pendekatan dan cara penanganannya, dimana konselor sebagai mitra yang dapat memberikan masukkan dan membantu untuk memunculkan suatu permasalahan yang dirasakan klien baik masalah yang disadari maupun yang tidak disadari, sedangkan  psikoterapis selain menggunakan tehnik konseling ia juga menggunakan therapy yang sifatnya lebih kepada perubahan pada prilaku yang sangat substanstib.

Selain itu paradigma yang selalu ditekankan adalah adanya rasa kepercayaan yang selalu mesti dilakukan psikoterapis buat menumbuhkan optimism pada diri klien.

1. Klien yang menjalani konseling tidak digolongkan sebagai penderita penyakit jiwa, tetapi dipandang sebagai seseorang yang mampu memilih tujuan-tujuannya sendiri, membuat keputusan dan secara umum bisa bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri dan terhadap hari depannya yang lebih baik.

2. Konseling dipusatkan pada keadaan sekarang dan yang akan datang.

3. Klien tetaplah  klien ia bukan pasien. Konselor bukanlah tokoh otoriter namun ia adalah seorang patner dari klien dalam melangkah bersama untuk mencapai tujuan yang hendak diinginkan.

4. Konselor tidaklah netral secara moral , melainkan memiliki nilai-nilai perasaan dan normanya sendiri, meskipun konselor kesannya seperti memaksakan kehendaknya, namun pada dasarnya hanya ingin membantu kepada hal yang lebih baik.

5. Konselor memusatkan pada perubahan perilaku tidak hanya menumbuhkan pengertian semata.

Metode Dan Pendekatan

Konseling ditandai oleh jangka waktu yang lebih singkat, lebih sedikit waktu pertemuannya, lebih banyak melakukan evaluasi psikologis, lebih memperhatikan  masalah keseharian klien dan  lebih memfokuskan pada aktivitas kesadaran, lebih memberikan nasihat, kurang berhubungan dengan transferens, lebih menekankan pada situasi yang riel, lebih kognitif dan secara intensitas emosi tidak begitu mendalam dan menyeluruh.


Berangkat dari pemahaman Brammer & Shostrom (1977) mengemukakan bahwa :

1. Konseling ditandai oleh adanya terminology seperti : “educational, vocational, supportive, situational, problem solving, conscious awareness, normal, present-time dan short term”.

2. Sedangkan psikoterapi ditandai oleh : “supportive (dalam keadaan krisis), reconstructive, depth emphasis, analytical, focus on the past, neurotics and orther severe emotional problems and longterm. Artinya segala sesuatunya lebih mendalam hingga tuntas dan semua itu perlu waktu serta proses.


Model Konseling dan Pertahanan Ego

a. Psikoanalisa.

Pandangan penganut aliran Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministic. Menurut pendapat Freud, perilaku manusia ditentukan oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi yang tidak disadari. Dorongan biologis serta dorongan naluri dan peristiwa psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama kehidupannya.
Fungsinya adalah sebagai wadah impuls id, untuk menghimbau ego agar menggantikan tujuan yang moralistic dengan yang realistic, serta memperjuangkan kesempurnaan. Oleh karena itu maka superego yang merupakan internalisasi standar dari orang tua dan masyarakat yang dihubungkan dengan ganjaran serta hukuman psikologi.

Mekanisme pertahanan Ego.

Pertahanan Ego ini adalah perilaku yang normal dan bukan bersifat patalogis. Berikut adalah deskripsi singkat tentang beberapa pertahanan ego yang umum : Represi, Memungkiri, Pembentukan Reaksi, Proyeksi, Penggeseran, Rasionalisasi, Sublimasi, Regresi, Introjeksi, Identifikasi, Kompensasi, Ritual dan Penghapusan, Behavioristik & Humanistik.

Senin, 08 April 2013

Pengertian Psikoterapi


Psikoterapi adalah proses difokuskan untuk membantu Anda menyembuhkan dan konstruktif belajar lebih banyak bagaimana cara untuk menangani masalah atau isu-isu dalam kehidupan Anda. Hal ini juga dapat menjadi proses yang mendukung ketika akan melalui periode yang sulit atau stres meningkat, seperti memulai karier baru atau akan mengalami perceraian.
Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara klien dan terapis yang menggunakan prinsip-psinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan klien supaya membantu klien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu.

Ciri-ciri dari defenisi mengenai psikoterapi ini, seperti penjelasan dibawah ini:

·         Interaksi Sistematis
Psikoterapi adalah suatu proses yang menggunakan suatu interaksi antara kline dan terapis. Kata sistematis di sini berarti terapis menyusun interaksi-interaksi dengan suatu rencana dan tujuan khusus yang menggambarkan segi pandangan teoritis terapis.

·         Prinsip-prinsip Psikologis
Psikoterapis menggunakan prinsip-prinsip penelitian, dan teori-teori psikologis serta menyusun interaksi teraupetik.

·         Tingkah Laku, Pikiran dan Perasaan
·         Psikoterapi memusatkan perhatian untuk membantu pasien mengadakan perubahan-perubahan behavioral, kognitif dan emosional serta membantunya supaya menjalani kehidupan yang lebih penuh perasaan. Psikoterapi mungkin diarahkan pada salah satu atau semua ciri dari fungsi psikologis ini.

·         Tingkah Laku Abnormal, Memecahkan Masalah, dan Pertumbuhan Pribadi
Sekurang-kurangnya ada tiga kelompok klien yang dibantu oleh psikoterapi. Kelompok pertama adalah orang-orang yang mengalami masalah-masalah tingkah laku yang abnormal, seperti gangguan suasana hati, gangguan penyesuaian diri, gangguan kecemasan atau skizofrenia. Untuk beberapa gangguan ini, terutama gangguan bipolar dan skizofrenia, terapi biologis umumnya memegang peranan utama dalam perawatan. 

Meskipun demikian, selain perawatan biologis, psikoterapi membantu pasien belajar tentang dirinya sendiri dan memperoleh keterampilan-keterampilan yang akan memudahkannya menanggulangi tantangan hidup dengan lebih baik. Kelompok kedua adalah orang-orang yang meminta bantuan untuk menangani hubungan-hubungan yang bermasalah atau menangani masalah-masalah pribadi yang tidak cukup berat dianggap abnormal, seperti perasaan malu atau bingung mengenai pilihan-pilihan karir. Kelompok ketiga  adalah orang-orang yang mencari psikoterapi karena psikoterapi dianggap sebagai sarana untuk memperoleh petumbuhan pribadi. Bagi mereka, psikoterapi adalah sarana untuk penemuan diri dan peningkatan kesadaran yang akan membantu mereka untuk mencapai potensi yang penuh sebagai manusia.

Psikoterapi juga memiliki ciri-ciri yang lain. Psikoterapi membutuhkan interaksi-interaksi verbal. Bagaimanapun juga, psikoterapi adalah “terapi-terapi bicara”--- bentuk-bentuk interaksi antara klien yang melibatkan pembicaraan. Dalam interaksi-interaksi itu, terapis yang terampil adalah seorang pendengar yang penuh perhatian. Mendengar dengan penuh perhatian adalah suatu kegiatan yang aktif bukan pasif. Terapis mendengar dengan teliti apa yang dialami dan diusahakan oleh pasien untuk disampaikan oleh psikoterapis. Psikoterapi-psikoterapi juga melibatkan kemonukasi-komunikasi nonverbal. Seorang terapis yang terampil, seperti orang pewawancara yang terampil, seharusnya peka terhadap isyarat-isyarat nonverbal dari pasien dan peka terhadap gerak isyarat yang mungkin menunjukkan perasaan-perasaan atau konflik-konflik yang mendasar. Terapis juga harus menyampaikan empati melalui kata-kata dan juga gerak isyarat nonverbal, seperti mengadakan kontak mata dan bersandar kedepan (kursi) untuk menunjukkan perhatian terhadap apa yang dikatakan klien.