Beberapa terapi yang
kita kenali selama ini berorientasi pada individu. Sebenarnya ada terapi yang
bisa dilakukan dalam kelompok. Kelebihan dan kekurangan terapi individual dan
terapi kelompok, tergantung pada kondisi klien yang ditangani. Biasanya, terapi
kelompok digunakan untuk memperkenalkan klien dengan dunia sosialnya, sebagai
terapi lanjutan dari terapi individual.
Ada beberapa bentuk
khusus terapi kelompok, antara lain adalah Psikodrama, Role Playing (Main
Peran), dan Encounter Groups.
PSIKODRAMA
Psikodrama merupakan
suatu bentuk terapi kelompok, yang dikembangkan oleh J.L. Moreno (1982 - ) pada
tahun 1946, dimana pasien didorong untuk memainkan suatu peran emosional di
depan para penonton tanpa dia sendiri dilatih sebelumnya. Tujuan dari
psikodrama ini adalah membantu seorang pasien atau kelompok pasien untuk
mengatasi masalah-masalah pribadi dengan menggunakan permainan drama, peran,
atau terapi tindakan. Lewat cara-cara ini pasien dibantu untuk mengungkapkan
perasaan-perasaan tentang konflik, kemarahan, agresi, perasaan bersalah, dan
kesedihan. Sama dengan Freud, Moreno melihat emosi-emosi yang terpendam dapat
dibongkar (kompleks-kompleks emosional dihilangkan dengan membawanya ke
kesadaran, dan membuat energy emosional diungkapkan/katarsis).
Metode Psikodrama yang
sangat Penting. Seperti yang dikembangkan dan dipraktekkan oleh Moreno,
psikodrama menggunakan tempat yang menyerupai panggung. Hal ini bertujuan
supaya pasien memainkan peran di alam khayal, dengan demikian ia merasa bebas
mengungkapkan sikap-sikap yang terpendam dan motivasi-motivasi yang kuat.
Ketika peran dimainkan, implikasi-implikasi realistic dan tingkah lakunya yang
dramatis menjadi jelas. Keterampilan terampis dalam mengenal dan menafsirkan
dinamika yang diungkapkan memudahkan proses terapi.
Ada tiga tahap yang
penting dalam psikodrama:
Tahap pelaksanaan,
dimana subjek memerankan khayalan-khayalannya.
Tahap penggantian,
dimana orang-orang yang sebenarnya menggantikan orang-orang yang dikhayalkan
subjek.
Tahap penjernihan,
dimana diadakan pengalihan dari kontak individu-individu pengganti ke kontak
dengan individu-individu di mana subjek memiliki kesempatan menyesuaikan diri
dengan mereka dalam kehidupan yang nyata.
Sebaliknya, Whittaker
memberikan suatu gambaran singkat tentang bagaimana sebaiknya psikodrama itu
dilaksanakan. Dia mengemukakan bahwa psikodrama menggunakan 4 instrument utama,
yaitu:
Panggung, yang
merupakan ruang kehidupan psikologis dan fisik bagi subjek atau pasien.
Sutradara atau
pekerja.
Staf dari ego-ego
penolong (auxiliary ego) atau penolong-penolong teraupetik.
Para penonton. Ego-ego
penolong maupun para penonton terdiri dari anggota-anggota kelompok lain.
Strateginya adalah memberi kemungkinan kepada subjek untuk memproyeksikan
dirinya kedalam dunianya sendiri dan membangkitkan respon-respon dari
kawan-kawan anggota kelompoknya sendiri.
Selanjutnya, Whittaker
mengemukakan 4 teknik yang bisa digunakan, yaitu:
Presentasi diri. Pasien
mempresentasikan dirinya sendiri atau seorang figur yang penting dalam
kehidupannya.
Memimpin percakapan
sendiri. Pasien melangkah keluar dari drama dan berbicara pada dirinya sendiri
dan kepada kelompoknya.
Teknik ganda. Seorangg
ego penolong berperan bersama dengan pasien dan melakukan segala sesuatu yang
dilakukan pasien pada waktu yang sama.
Teknik cermin.
Seorang ego penolong berperan sejelas mungkin menggantikan pasien. Dari para
penonton, pasien memperhatikan bagaimana dia melihat dirinya sendiri
sebagaimana orang-orang lain melihatnya.
Sutradara atau pekerja
berfungi baik sebagai produser maupun sebagai terapis. Sebagai produser, ia
memilih dan mengatur adegan-adegan yang juga memimpin tindakan (perbuatan)
psikodramatis. Adegan-adegan dipilih berdasarkan situasi-situasi yang
mengandung muatan emosional bagi pasien atau berdasarkan situasi-situasi dimana
pasien bertingkahlaku tidak tepat atau tidak efektif dalam situasi-situasi
seperti itu. Sebagai terapi, pekerja (sutradara) memberikan dukungan atau
klarifikasi kepada para actor, dan kadang-kadang memberikan penafsiran (sering
dengan bantuan para anggota kelompok lain) tentang adegan permainana itu.
Belakangan ini
psikodrama dilakukan oleh orang-orang yang mempraktekkan bermacam-macam teori
psikoterapi. Khususnya, para terapis Gestalt menggunakan psikodrama
secara luas. Psikodrama juga digunakan dalam terapi perkawinan, dalam terapi
anak-anak, penyalahgunana-penyalahgunaan obat bius dan alcohol, orang-orang
yang mengalami masalah-masalah emosional, di lingkungan penjara, untuk melatih
para psikiater dirumah sakit, untuk melatih orang-orang yang cacat, di
perusahaan dan industry, dan dalam pendidikan serta dalam mengambil keputusan.
Kegunaan Psikodrama. Dengan
mendramatisir konflik-konflik batinnya, pasien dapat merasa sedikit lega dan
dapat mengembangkan pemahaman (insight) baru yang memberinya kesanggupan untuk
mengubah perannya dalam kehidupan yang nyata.
ROLE
PLAYING (MAIN PERAN)
Memainkan peran adalah
suatu variasi dari psikodrama yang tidak menggunakan alat-alat sandiwara
(drama). Taknik ini banyak digunakan untuk mendorong pasien berbicara dan
mengembangkan persepsi-persepsi baru dalam berbagai situasi kelompok, misalnya
diruang kelas, program-program hubungan manusia dalam bidang usaha dan
industry, dan pertemuan-pertemuan latihan (training).
ENCOUNTER
GROUPS
Encounter Groups adalah
bentuk-bentuk khusus dari terapi kelompok yang muncul dari gerakan humanistic
pada tahun 1960-an. Encounter groups bertujuan untuk membantu
mengembangkan kesadaran diri dengan berfokus pada bagaimana para anggota
kelompok berhubungan satu sama lainalam suatu situasi diaman di dorong untuk
mengungkapkan perasaan secara terus terang. Encounter groups tidak
berlaku bagi orang yang mengalami masalah-masalah psikologis yang berat, tetapi
hanya ditujukan kepada orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, berusaha
memajukan pertumbuhan pribadi, meningkatkan kesadaran mengenai
kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan mereka sendiri serta cara-cara mereka
berhubungan dengan orang lain. Encounter groups berusaha memenuhi
kebutuhan-kebutuhan ini melalui pertemuan-pertemuan yang intensif atau
konfrontasi-konfrontasi langsung dengan orang-orang baru. Beberapa kelompok
dibentuk sebagai kelompok-kelompok marathon yang mungkin berlangsung
terus-menerus selama 12 jam atau lebih. Karena bertolak dari pendekatan humanistic, Encounter
groups, menekankan interaksi-interaksi yang terjadi ditempat ini dan kini.
Focus dari Encounter
groups adalah mengungkapkan perasaan-perasaan yang asli dan bukan
menafsirkan atau membicarakan masa lampau. Apabila seorang anggota kelompok
dipersepsikan oleh orang lain bersembunyi di belakang kedok atau topeng sosial,
maka orang lain berusaha sedemikian rupa supaya orang tersebut menyobek kedok
itu, dan dengan demikian mendorong orang itu untuk mengungkapkan
perasaan-perasaannya yang sebenarnya.
Teknik konfrontasi ini
dapat merusak bila para anggota kelompok memaksa mengungkapkan dengan terlalu
cepat perasaan-perasaan pribadi orang itu yang belum mampu ditanganinya atau
bila orang itu merasa diserang atau dikambinghitamkan oleh orang lain dalam
kelompok. Para pemimpin kelompok yang bertanggungjawab tetap berusaha
mengendalikan kelompok itu untuk mencegah penyalahgunaan tersebut dan
mempertahankan kelompok itu bergerak kearah yang memudahkan pertumbuhan pribadi
dan kesadaran diri.